Oleh : Heri Ismanto, S.Pd (Guru BK SMPN Tunjungan)
Latar Belakang Masalah
Kegiatan Layanan Responsif Konseling Individual ini dilakukan berawal dari hasil Evaluasi Proses dan Hasil Kegiatan Layanan Dasar Klasikal yang beberapa waktu lalu di laksanakan, yang mana kegiatantersebut berdasarkan hasil dari; assesmen Kebutuhan Peserta Didik ( AKPD), observasi serta wawancara dengan teman sejawat, dari hasil assessment tersebut didapatkan permasalahan pribadi dimanasiswa mengalami rendahnya percaya diri. Setelah dilakukan layanan klasikal tentang percaya diri, terdapat satu siswa yang mengalami masalah dibidang pribadi. Siswa tersebut minder karena di wajahnya ditemukan banyak jerawat, cemas, takut salah dan takut gagal dalam melakukan perbuatan, suka marah marah yang gak jelas.
Berdasarkan faktor penyebab masalah tersebut siswa mengalami kurang percaya diri, sehingga perlu dilakukan konseling individu untuk mengembalikan rasa Percaya Dirinya. Pendekatan yang akan diambil yaitu Cognitive Behavior Therapy (CBT) yaitu mengubah pikiran irasionalnya menjadi pikiran yang rasional. Sesuai dengan tujuan pendekatan konseling CBT adalah untuk mengajak konseli menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi. Prinsip dasar CBT menekankan kepada konseli dalam menemukan diri sendiri dan mengubah pola pikirnya demi memperoleh cara pandang yang berbeda terhadap diri dan sekelilingnya. Konseli setelah menceritakan permasalahannya konselor memberi masukan kemudian konseli sendiri yang menentukan langkah apa yang harus dia lakukan untuk mengatasi masalah yang menimpa konseli.
Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan Konselor aktif membuat situasi nyaman yang membuat Konseli merasa aman dan nyaman sehingga bisa terbuka
dan leluasa mengikuti semua sesi Konselor menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang memancing Konseli mampu mengeksplorasisolusi dan tidak lagi terfokus pada kondisi kelemahannya. Persiapan matang sebelum memulai proses perekaman layanan dan berkoordinasi dengan Tim media lembaga untuk peminjaman perangkat. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan menjadikan masukan dosen juga guru pamong untuk menyempurnakan perangkat. Membangun hubungan baik dengan rekan-rekan sejawat sehingga bisa berkoordinasi peminjaman waktu
KBM. Menciptakan suasana konseling yang nyaman konseli dapat berperan aktif dalam mengekplorasi dan menemukan solusi.
Dalam layanan konseling langkah yang saya lakukan pertama adalah menggali informasi terkait masalah yang dihadapi konseli. Kemudian mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan konseli, wali kelas, guru pengajar dan teman sekelas. Mencari akar penyebab masalah untuk kemudian memunculkan alternatif solusi untuk membantu menyelesaikan masalah konseli. Menentukan alternatif solusi yang akan digunakan yaitu menggunakan Pendekekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Membuat RPL yang sesuai dengan layanan yang dipilih yaitu konseling individu sebagai pedoman dalam memberikan layanan. Menciptakan suasana yang nyaman agar peserta didik bisa lebih terbuka. Memberikan penguatan dan motivasi kepada konseli agar dapat merubah pikiran negative nya menjadi pikiran positif.
Pada layanan konseling ini, konselor perlu menyiapkan design layanan konseling inovatif berbasis solusi yang mendorong siswa untuk menemukan solusi yang tepat baginya. Menciptakan suasana konseling yang aman dan nyaman sehingga konseling bisa mengikuti konseling dengan baik dan leluasa mengeksplorasi pilihan solusi yang tepat baginya. Kekuatan CBT pada Pertanyaan maka konselor mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik mengeksplorasi alternatif solusi yang bisa ia pilih dan lakukan untuk keluar dari permasalahannya. konselor menguatkan aksi nyata yang dipilih oleh peserta didik untuk dilaksanakan sebagai langkah solusi permasalahannya. Sumber Daya : Konselor memanfaatkan media dan sumber daya berupa: Perangkat Media (kamera, H P ), Referensi literasi pelaksanaan CBT, Ruang Konseling SMP N 1 TunjunganSDM teman sejawat
sebagai operator media.
Setelah Layanan Konseling ini, konseli mampu meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan dirinya. Mampu merubah pikiran negative yang melekat pada dirinya menjadi pikiran positip Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian (Siegel, Germer & Olendzki, 2009), bahwa CBT didasarkan pada teori bahwacara individu memandang suatu situasi terkait erat dengan reaksi mereka daripada situai itu sendiri. Layanan ini terbukti efektif mengatasi permasalahan Insecure pada peserta didik Respon orang lain terhadap strategi layanan Guru Mapel menyampaikan peserta didik sekarang sudah tidak minder lagi dalam proses KBM dan mulai banyak memiliki teman konseli dapat berperan aktif dalam mengekplorasi dan menemukan solusi.
Strategi yang akan digunakan konselor dalam pelaksanaan konseling individu ini adalah : Melakukan wawancara atau berupaya menggali informasi yang dibutuhkan menyangkut individu
yang bersangkutan atau keluarga atau lingkungan masyarakat sekitarnya untuk dianalisa (diagnosa) dan dicarikan penyebab masalah dan alternative solusinya. Konselor mendorong konseli untuk dapat merubah dan memperbaiki diri serta didorong untuk dapat bersosialisasi kembali dan bisa memberi kontribusi positip terhadap kelompok atau keluarganya. Secara psikologis konseli diberi dorongan untuk senantiasa percaya diri, optimis dan selalu berpikir positip bahwa ia mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Menyiapkan ruangan konseling yang nyaman agar konseli lebih rilex Membangun hubungan baik dengan membuka obrolan netralsesuai minat konseli. Memfasilitasi konseli memilih solusinya sendiri sehingga lebih nyaman untuk dilaksankan sebagai aksi nyata. Menyusun perangkat layanan dengan mencari referensi yang dapat dipercaya dan mengadakan sharing dengan teman sejawat
Konseli berniat untuk merubah pikiran-pikiran negative yang menimpa dirinya dan berjanji akan menghilangkan rasa kurang percaya diri menjadi rasa percaya diri Rasa takut dan cemas yang selama ini ada pada diri konseli akan menjadi motivasi bahwa apa yang selama ini ada di pikiran konseli ternyata tidak terbukti, itu hanya pikiran negative saja Konselor mengadakan wawancara dengan konselisebelum proses konseling berlangsung Adanya respon baik antara konseli dan konselor setiap pembicaraan yang disampaikan, sehingga pembicaran berlangsung nyaman Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut Pembelajaran yang saya dapat yaitu saya menjadi lebih mampu untuk mencari dan enentukan alternatif solusi untuk diberikan kepada konseli dalam upaya mengentaskan masalah yang dihadapi. Saya juga termotivasi untuk terus mempelajari pendekatan dan teknik yang dapat digunakan dalam konseling. Melaksanakan kegiatan layanan secara terstruktur dan memilih media yang sesuai untuk digunakan dalam kegiatan layanan.’Tindak lanjut sebagai guru BK yang profesioal, saya harus selalu update, selalu mengembangkan diri, mengikuti perkembangan teknologi, dan terus berinovasi agar bisa memberikan layanan terbaik kepada peserta didik.
Tantangan dalam pelaksanaan praktik Tantangan yang dialami selama pelaksanaan konseling adalah : Selama ini konseling masih bersifat konvensional dan harus di paksakan bersifat sesuai dengan tahapan-tahapan dalam model dan pendeketan konseling sehingga perlu belajar lagi. Konselor perlu menguasi teknik dasar konseling yang disesuaikan dengan metode konseling yang digunakan Dalam penerapannya menuntut keterampilan konselor dalam penggunaan bahasa, menggunakan teknisteknis keterampilan berfikir Karena ruang konseling tidak kedap suara, sehingga suara dari luar masuk proses konseling jadi berisik Masih lemahnya konselor dalam mengekplorasi masalah yang ada, sehingga pendekatan yang di gunakan kurang optimal
Kemudian tantangan teknis dalam pelaksanaan juga dapat muncul : Mengelola waktu layanan secara tepat agar konseling bisa terselesaikan dua siklus 1. Permasalahan teknis dalam pengambilan video yang membutuhkan perangkat mumpuni sehingga perlu berkoordinasi dengan pihak lembaga. 2 Mengelola waktu layanan dengan kontrak perjanjian konseling 30 menit, sehingga harus mengulang Pihak-pihak yang terlibat dalam praktik ini adalah: Kepala Sekolah selaku yang memberikan ijin dalam pelaksanaan PPL, Teman sejawat yang membantu persiapan, Konseli /Peserta didik yang mengalami permasalahan insecure Dosen pembimbing dan guru pamong ppl siklus 2 PPG kategori 1 Angkatan 2
Kesimpulan
Praktik konseling individu dengan pendekatan CBT ini penting untuk diberikan karena dengan CBT membantu individu mengidentifikasi pikiran mereka yang terdistorsi dan mengevaluasi seberapa realistis pikiran itu, kemudian belajar mengubah yang terdistorsi. ini akan mendorong konseli meneukan solusi permasalahannya untuk kemudian dijalankan dalam aksi nyata guna membantu konseli keluar dari perasaan Insecure yang sedang dialaminya. Kepercayaan diri yang baik dengan ditunjang konsep diri yang positif merupakan modal dasar individu dalam bertahan hidup di lingkungan karenanya sangat perlu untuk ditingkatkan. Peran dan tanggung jawab dalam praktik ini Konselor memiliki peran dan tanggung jawab untuk memberikan layanan responsif sesuai dengan kebutuhan konseli. Memberikan konseling menggunakan pendekatan Cognitive Behavior Therapy
(CBT) yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Turut serta bertanggung jawab terhadap perkembangan konseli di sekolah.
Daftar Pustaka
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta
A. Kasandra Oemarjoedi. 2003. Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi (Jakarta: Creativ Media)
Wardani Robikan. 2012. Layanan Konseling individu (Jakarta: Penerbit Gramedia).
Hartono dan Boy Soedarmadji, 2012. Psikologi Konseling, Jakarta : Prenadamedia Group.
Willis, Sofyan S. 2014. Konseling Individual, Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Ikhasanudin, S. (2021). Penerapan Cognitive Behavior Therapy (Cbt) . Yayasan Mitra Alam Surakarta.
Sutya Dewi, Nurjannah, (2022). Pendekatan Cognitive Behavior Therapy (Cbt) . Jurnal Kopasta, vol 9, No. 1. hlm 67.
M Fatchurrahman, (2017). Problematik Pelaksanaan Konseling individu. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman 3, no. 2. hlm 26.