Oleh; Tri Martana (Guru IPS SMPN 1 Tunjungan)
Salah satu karakter manusia yang hendak dibangun sesuai dengan UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah menjadi manusia yang cakap, kreatif dan mandiri. Proses pembelajaran harus dirancang agar peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, IPS Terpadu dan potensi dirinya. Dari isi UU ini rasanya cukup memberikan energi bagi guruIPS Terpadu untuk lebih percaya diri bahwa sebenarnya secara yuridis ia berada diposisi yang diakui dan cukup penting. Dalam implementasinya mungkin perlu sebuah penajaman visi agar pelajaran IPS Terpadu lebih memberikan kemanfaatan yang besar bagi pengembangan potensi dan masa depan siswa. Penajaman tersebut misalnya dengan mengembangkan visi pembelajaran IPS Terpadu berbasis kewirausahaan.
Kewirausahaan dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif untuk menciptakan peluang baru. Menurut Rhenald Kasali (2012), karakter dasar yang perlu ditumbuhkan dalam kewirausahaan adalah spirit ingin terus maju, berkembang dan mandiri.
Memanfaatkan Limbah Kayu
Salah satu kompetensi kewirausahaan yang dapat diajarkan pada siswa adalah mengreasikan barang-barang limbah agar dapat menghasilkan rupiah. Disamping pengetahuan tentang kewirausahaan siswa juga mendapat pengetahuan tentang limbah. Misalnya pengetahuan tentang potensi keekonomisan limbah, jenis-jenis limbah yang berbahaya dan tidak serta limbah yang dapat didaur ulang maupun tidak. Selain itu juga untuk menumbuhkan sikap cinta dan sadar pada kelestarian lingkungan. Diantara limbah disekitar siswa yang dapat dimanfaatkan adalah limbah dari produksi meubeleir kayu jati, karena jenis limbah ini sangat mudah dijumpai disekitar siswa di daerah Blora.
Serbuk gergaji dapat dikreasi menjadi lukisan, relief, vas, asbak dan patung-patung dalam ukuran kecil. Salah satu produk yang mempunyai prospek cukup bagus adalah pembuatan relief, misalnya duplikasi relief yang ada di candi Borobudur berupa relief perahu bercadik yang legendaris. Bahan yang digunakan antara lain; serbuk gergaji, lem kayu, oker , air, pernis dan tripleks sebagai media untuk menempelkan relief.
Proses pembuatan dimulai dengan menggambarkan pola relief diatas tripleks. Kemudian dibuat adonan dengan komposisi ½ kg serbuk gergaji, ½ kg lem kayu, ¼ kg oker serta air secukupnya. Setelah adonan tercampur merata maka dibuatlah relief di atas tripleks yang sudah berpola. Ketika proses pembuatan relief dilakukan, tangan harus selalu dibasahi dengan air agar adonan tidak lengket ditangan sehingga mengganggu proses pembuatan. Relief yang sudah jadi dan masih basah di simpan di dalam ruangan selama tiga hari agar kering secara perlahan utuk menghindari retak.
Setelah hari keempat barulah dijemur diterik matahari agar relief menjadi keras selam tiga hari. Relief yang telah mengeras kemudian diamplas agar permukaannya menjadi halus. Jika proses pembuatan adoannya bagus maka akan mengahasilkan relief dengan tekstur seperti batu sebagai hasil perpaduan antara serbuk gergaji dengan oker. Setelah pengamplasan selesai relief siap dipernis dengan warna coklat muda untuk memberi kesan natural. Sentuhan terakhir dengan mengoleskan melamine untuk menimbulkan kesan wah dan mahal. Setelah selesai, dipasangkanlah bingkai dan siap untuk dipasarkan. Kualitas produk yang tinggi merupakan prasyarat yang paling penting agar dapat menjaring konsumen dan memenangkan persaingan. Pemahaman ini harus dimiliki siswa untuk meningkatkan etos kerja, profesionalisme dan kemampuan menganalisis selera konsumen. Pengetahuan kewirausahaan penting diajarkan sejak dini untuk menumbuhkan semangat kemandirian siswa.
Untuk lebih mengoptimalkan tingginya tingkat IPS Terpadu siswa dalam mengreasi serbuk gergaji dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama, diajarkan dalam jam pembelajaran yang cukup panjang sampai siswa benar-benar mampu menghasilkan produk yang layak jual. Untuk itu perlu diadakan perubahan dalam kurikulum sekolah agar dalam pembelajaran IPS Terpadu ditiap semesternya hanya diajarkan satu atau dua jenis IPS Terpadu saja. Kedua, menjadikannya sebagai salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Dengan demikian tidak perlu mengurangi jam belajar siswa untuk mempelajari bentuk-bentuk IPS Terpadu yang lain.