Potensi Anak Memang Beda, Semua Istimewa
Proses pembuatan batik jiwit oleh kelas VIII C tengah berlangsung dibawah bimbingan Ibu Sulistiyani dan Bapak M. Ali Nurrohman, Jumat 22/7/2023.
Sesekali terdengar anak-anak saling berdiskusi, mengoreksi, memberi saran dan menyontohkan.
Terlihat salah satu peserta didik tengah kebingungan karena tak ada kemajuan dari apa yang tengah dikerjakan.
“Ngene iki setaun ora bar, cah, ” ungkap Akbar dari kelas VIII C dengan pasrah. Sudah lebih setengah jam proses jiwit sebagai tahap pertama dalam membuat batik jiwit, tetapi belum berhasil. Setengah pasrah dan bingung Akbar terus membolak-balik kainnya, mengangkat dan menurunkannya.
Ketika ditanya kenapa ia belum berhasil mengerjakannya, ia beralasan tadi waktu penjelasan proses membuat batik jiwit di awal pembelajaran sedang mengembalikan buku di perpustakaan. Sementara dengan cara melihat teman-temannya ia masih tetap kesulitan menyelesaikannya.
Beda Akbar, beda Bayu. Bayu mengawali proses pembelajaran dalam waktu bersamaan dengan akbar.
“Tadi saya juga terlambat karena masih di perpus untuk mengembalikan buku, ” ungkap Bayu.
Dalam pantauan memang Bayu terlihat mampu mengerjakan lebih cepat dari Akbar dalam menyelesaikan proses pertama dalam membuat batik jiwit. Bayu dapat mengerjakan kreasinya sama cepatnya dengan teman lainnya.
“Kemampuan anak memang beda, bisa karena beda kemampuan dan kecenderungan kognitifnya, kemampuan motoriknya, bahkan bisa juga karena beda gaya belajarnya, ” papar Nining Tri Wahyuni sebagai guru BK.
“Tetapi pada dasarnya semua istimewa. Dalam hal ini Bayu mungkin istimewa karena gaya belajarnya yang kinestetik atau mengerjakan dengan contoh. Sedangkan Akbar mungkin gaya belajarnya audio, jadi harus dipandu dengan instruksi langsung. Tetapi walaupun proses itu tidak didapatkan Akbar, tetapi ia masih terus mencoba berarti ia istimewa dalam hal ketekunannya untuk terus mencoba sekalipun ada proses yang dijalaninya dengan tidak sempurna, ” pungkasnya.